Friday, November 26, 2004

Cokelat VS Obat batuk?!?

Saya adalah satu dari sekian orang yang doyan cokelat (baca penggemar), seminggu saja saya tidak ketemu cokelat pening rasanya, seperti orang yang sudah kecanduan saja. Kemarin saya baca artikel mengenai cokelat yang memiliki salah satu fungsi tambahan sebagai obat batuk? bagaimana mungkin?, dalam hati saya bertanya-tanya, akhirnya saya lanjutkan membaca artikel tesebut dan saya temukan jawabnya.

Salah satu manfaat cokelat yang saya sering rasakan adalah menimbulkan perasaan nyaman dan romantis, yang merupakan bagian dari persepsi kita yang dimanjakan oleh rasa dan efek bawaannya. selain itu dalam kandungan cokelat terdapat bahan yang dipakai membuat cokelat, yang juga ternyata diketahui memiliki efek untuk menghentikan batuk. Menurut para ilmuwan, bahan itu, theobromine , hampir sepertiga kali lebih ampuh untuk menghentikan batuk dibanding obat batuk biasa yang mengandung codeine atau placebo .

Theobromine juga menimbulkan lebih sedikit efek sampingan dibanding obat konvensional, dan tidak akan menyebabkan kantuk pada mereka yang mengkonsumsinya. Riset yang dilakukan oleh ilmuwan Imperial College London ini dipublikasikan dalam journal FASEB .

Peneliti Profesor Peter Barnes mengatakan, "Batuk adalah kondisi kesehatan umum yang pernah dialami sebagian besar orang dalam hidupnya. Namun hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit umum itu, walau batuk terus menerus tidak mematikan, namun ia bisa berdampak besar pada kualitas hidup seseorang, oleh karenanya penemuan ini akan menjadi langkah maju guna memecahkan masalah tersebut."

Dalam percobaan, para ilmuwan memberikan theobromine, placebo dan codeine kepada 10 orang sehat pada waktu berbeda. Mereka kemudian diminta menghirup capsaicin, suatu zat penyebab batuk yang dipakai dalam riset medis.

Hasilnya, jumlah capsaicin yang dibutuhkan untuk menghasilkan batuk pada sukarelawan yang diberi theobromine adalah sepertiga lebih banyak dibanding dengan orang-orang yang mendapatkan placebo. Sedangkan mereka yang memperoleh codeine, hanya butuh sedikit tambahan capsaicin untuk menghasilkan batuk, dibanding placebo.

Aktivitas saraf

Theobromine bekerja dengan menekan aktivitas saraf vagus, yang bertanggungjawab dalam menyebabkan batuk. Tim peneliti juga menemukan bahwa tidak seperti obat batuk pada umumnya, theobromine tidak menimbulkan efek baik pada kinerja jantung maupun sistem saraf pusat.

Profesor Maria Belvisi, yang juga meneliti kasus ini, mengatakan, "Theobromine tidak hanya terbukti lebih ampuh dibanding codeine, namun juga tidak memiliki efek sampingan. Padahal, pada umumnya keampuhan obat seringkali dibatasi oleh dosis yang bisa diberikan karena adanya efek sampingan."

Tidak adanya efek samping ini, menurut Profesor Belvisi, mungkin bakal memungkinkan dokter untuk memberikannya dalam dosis besar agar obat makin efektif. Selain itu, theobromine tidak menyebabkan kantuk, sehingga bisa diberikan pada orang-orang tanpa harus ada batasan kapan ia boleh diminum.

Cokelat yang selama ini kita konsumsi ternyata masih banyak memiliki efek positif terhadap kesehatan yang kita punya, jadi selanjutnya selamat menikmati saja dan jangan lupa bagi-bagi cokelatnya, hmmm.

di resume ulang by --roisz

1 comment:

Unknown said...

Salam kenal, kami dari www.ngubek.com, sebuah online city guide, yang didalamnya terdapat directory listing tempat-tempat yang ada di Bandung. Kami tertarik dengan tulisan anda dalam blog roisz.blogspot.com dengan judul Cokelat Vs Obat Batuk serta Bandung Macet, say no to Blue Bird untuk kami muat dalam artikel intermezzo karena menurut kami tulisan anda sangat menarik dan informatif untuk dibaca. Kami harap dengan kerja sama ini, tulisan anda dapat memberikan informasi kepada member dan pembaca ngubek.com. kami juga ingin mengajak blog anda untuk bekerjasama dalam barter link.